Nama :
Apriliani Aski Pratiwi
NPM :
11214466
Kelas :
3EA30
Mata Kuliah : Etika Bisnis
A.
Model Etika dalam Bisnis
Menurut Carroll dan Buchollz (2005) dalam Rudito (2007:49)
membagi tiga tingkatan manajemen dilihat dari cara para pelaku bisnis dalam
menerapkan etika dalam bisnisnya :
1.
Immoral Manajemen
Immoral manajemen merupakan tingkatan
terendah dari model manajemen dalam menerapkan prinsip-prinsip etika bisnis.
Manajer yang memiliki manajemen tipe ini pada umumnya sama sekali tidak
mengindahkan apa yang dimaksud dengan moralitas, baik dalam internal
organisasinya maupun bagaimana dia menjalankan aktivitas bisnisnya. Para pelaku
bisnis yang tergolong pada tipe ini, biasanya memanfaatkan kelemahan-kelemahan
dan kelengahan-kelengahan dalam komunitas untuk kepentingan dan keuntungan diri
sendiri, baik secara individu atau kelompok mereka. Kelompok manajemen ini
selalu menghindari diri dari yang disebut etika. Bahkan hukum dianggap sebagai
batu sandungan dalam menjalankan bisnisnya.
Contoh
Perbuatan Immoral Manajemen adalah :
Mendapatkan kayu secara ilegal. Beberapa perusahaan yang
sengaja membakar hutan tersebut sebenarnya adalah Perusahaan yang telah
melakukan pencurian kayu, sehingga untuk menghilangkan jejaknya mereka
melakukan penebangan hutan secara sengaja. Hal ini dibuktikan dengan melihat
tunggal pohon bekas potongan gergaji mesin.
2.
Amoral
Manajemen
Tingkatan
kedua dalam aplikasi etika dan moralitas dalam manajemen adalah amoral
manajemen. Berbeda dengan immoral manajemen, manajer dengan tipe manajemen
seperti ini sebenarnya bukan tidak tahu sama sekali etika atau moralitas. Ada
dua jenis lain manajemen tipe amoral ini, yaitu :
Pertama,
manajer yang tidak sengaja berbuat amoral (unintentional amoral manager). Tipe
ini adalah para manajer yang dianggap kurang peka, bahwa dalam segala keputusan
bisnis yang diperbuat sebenarnya langsung atau tidak langsung akan memberikan
efek pada pihak lain. Oleh karena itu, mereka akan menjalankan bisnisnya tanpa
memikirkan apakah aktivitas bisnisnya sudah memiliki dimensi etika atau belum.
Manajer tipe ini mungkin saja punya niat baik, namun mereka tidak bisa melihat
bahwa keputusan dan aktivitas bisnis mereka apakah merugikan pihak lain atau
tidak. Tipikal manajer seperti ini biasanya lebih berorientasi hanya pada hukum
yang berlaku, dan menjadikan hukum sebagai pedoman dalam beraktivitas.
Kedua, tipe
manajer yang sengaja berbuat amoral. Manajemen dengan pola ini sebenarnya
memahami ada aturan dan etika yang harus dijalankan, namun terkadang secara
sengaja melanggar etika tersebut berdasarkan pertimbangan-pertimbangan bisnis
mereka, misalnya ingin melakukan efisiensi dan lain-lain. Namun manajer tipe
ini terkadang berpandangan bahwa etika hanya berlaku bagi kehidupan pribadi
kita, tidak untuk bisnis. Mereka percaya bahwa aktivitas bisnis berada di luar
dari pertimbangan-pertimbangan etika dan moralitas.
Widyahartono
(1996:74) mengatakan prinsip bisnis amoral itu menyatakan “bisnis
adalah bisnis dan etika adalah etika, keduanya jangan dicampur-adukkan”. Dasar
pemikirannya sebagai berikut :
§ Bisnis adalah suatu bentuk persaingan yang mengutamakan dan
mendahulukan kepentingan ego-pribadi. Bisnis diperlakukan seperti permainan
(game) yang aturannya sangat berbeda dari aturan yang ada dalam kehidupan
sosial pada umumnya.
§ Orang yang mematuhi aturan moral dan ketanggapan sosial
(sosial responsiveness) akan berada dalam posisi yang tidak menguntungkan di
tengah persaingan ketat yang tak mengenal “values” yang menghasilkan segala
cara.
Kalau suatu praktek bisnis
dibenarkan secara legal (karena sesuai dengan aturan hukum yang berlaku dan
karena law enforcement-nya lemah), maka para penganut bisnis amoral itu justru
menyatakan bahwa praktek bisnis itu secara “moral mereka” (kriteria atau ukuran
mereka) dapat dibenarkan. Pembenaran diri itu merupakan sesuatu yang ”wajar’
menurut mereka. Bisnis amoral dalam dirinya meskipun ditutup-tutupi tidak mau
menjadi “agen moral” karena mereka menganggap hal ini membuang-buang waktu, dan
mematikan usaha mencapai laba.
Contoh Perbuatan Amoral Manajemen adalah :
Kasus
Lapindo Brantas Inc. (LBI) yang diakibatkan kecerobohan yang dilakukan pihak manajemen
LBI.
4.
Moral Manajemen
Tingkatan tertinggi dari penerapan
nilai-nilai etika atau moralitas dalam bisnis adalah moral manajemen. Dalam
moral manajemen, nilai-nilai etika dan moralitas diletakkan pada level standar
tertinggi dari segala bentuk prilaku dan aktivitas bisnisnya. Manajer yang
termasuk dalam tipe ini hanya menerima dan mematuhi aturan-aturan yang berlaku
namun juga terbiasa meletakkan prinsip-prinsip etika dalam kepemimpinannya.
Seorang manajer yang termasuk dalam tipe ini menginginkan keuntungan dalam
bisnisnya, tapi hanya jika bisnis yang dijalankannya secara legal dan juga
tidak melanggar etika yang ada dalam komunitas, seperti keadilan, kejujuran,
dan semangat untuk mematuhi hukum yang berlaku. Hukum bagi mereka dilihat
sebagai minimum etika yang harus mereka patuhi, sehingga aktifitas dan tujuan
bisnisnya akan diarahkan untuk melebihi dari apa yang disebut sebagai tuntutan
hukum. Manajer yang bermoral selalu melihat dan menggunakan prinsip-prinsip
etika seperti, keadilan, kebenaran, dan aturan-aturan emas (golden rule)
sebagai pedoman dalam segala keputusan bisnis yang diambilnya.
Contoh Perbuatan Moral
Manajemen adalah :
" Kasus Bank Century dalam Setting Agenda Media "
B. Sumber Nilai Etika
- Agama, Filosofi, Budaya dan Hukum
- Agama
Bermula dari buku Max Weber The Protestant Ethic and Spirit of Capitalism
(1904-5) menjadi tegak awal keyakinan orang adanya hubungan erat antara ajaran
agama dan etika kerja, atau anatara penerapan ajaran agama dengan pembangunan
ekonomi. Etika sebagai ajaran baik-buruk, slah-benar, atau ajaran tentang moral
khususnya dalam perilaku dan tindakan-tindakan ekonomi, bersumber terutama dari
ajaran agama. Itulah sebabnya banyak ajaran dan paham dalam ekonomi Barat
menunjuk pada kitab Injil (Bibble), dan etika ekonomi yahudi banyak menunjuk
pada Taurat. Demikian pula etika ekonomi Islam termuat dalam lebih dari
seperlima ayat-ayat yang muat dalam Al-Qur’an.
Etika bisnis menurut ajaran Islam digali
langsung dari Al Quran dan Hadits Nabi. Dalam ajaran Islam, etika bisnis dalam
Islam menekakan pada empat hal Yaitu : Kesatuan (Unity), Keseimbangan
(Equilibrium), Kebebasan (FreeWill) dan tanggung jawab (Responsibility). Etika
bisnis Islam menjunjung tinggi semangat saling percaya, kejujuran dan keadilan,
sedangkan antara pemilik perusahaan dan karyawan berkembangan semangat
kekeluargaan (brotherhood). Misalnya dalam perusahaan yang islami gaji karyawan
dapat diturunkan jika perusahaan benar-benar merugi dan karyawan juga mendapat
bonus jika keuntungan perusahaan meningkat. Buruh muda yang masing tinggal
bersama orang tua dapat dibayar lebih rendah, sedangkan yang sudah berkeluarga
dan punya anak dapat dibayar lebih tinggi disbanding rekan-rekannya yang muda.
2. Filosofi
Salah satu sumber nilai-nilai etika
yang juga menjadi acuan dalam pengambilan keputusan oleh manusaia adalah
ajaran-ajaran Filosofi. Ajaran filosofi tersebut bersumber dari ajaran-ajaran
yang diwariskan dari ajaran-ajaran yang sudah diajarkan dan berkembang lebih
dari 2000 tahun yang lalu. Ajaran ini sangat komplek yang menjadi tradisi
klasik yang bersumber dari berbagai pemikiran para fisuf-filsuf saat ini.
Ajaran ini terus berkembanga dari tahun ke tahun.
Di Negara barat, ajaran filosofi yang
paling berkembang dimulai ketika zaman Yunani kuno pada abd ke 7 diantaranya
Socrates (470 Sm-399 SM) Socrate percaya bahwa manusia ada untu suatu tujuan,
dan bahwa salah dan benar memainkan peranan yang penting dalam mendefinisikan
hubungan seseorang dengan lingkungan dan sesamanya sebagai seorang pengajar,
Socrates dikenang karena keahliannya dalam berbicara dan kepandaian
pemikirannya. Socretes percaya bahwa kebaikan berasal dari pengetahuan diri,
dan bahwa manusia pada dasarnya adalah jujur, dan bahwa kejahatan merupakan
suatu upaya akibat salah pengarahan yang membebani kondisi seseorang. Pepatah
yang terkenal mengatakan. “Kenalilah dirimu”
dia yang memperkanalkan ide-ide bahwa hukum moral lebih inggi daripada
hukum manusia.
3.
Budaya
Referensi penting lainnya yang dapat
dimanfaatkan sebagai acuan etika bisnis adalah pengalaman dan perkembangan
budaya, baik budaya dari suatu bangsa maupun budaya yang bersumber dari
berbagai negara (Cracken, 1986). Budaya yang mengalami transisi akan melahirkan
nilai, aturan-aturan dan standar-standar yang diterima oleh suatu komunitas
tertentu dan selanjutnya diwujudkan dalam perilaku seseorang, suatu kelompok
atau suatu komunitas yang lebih besar. Budaya adalah suatu sistem nilai dan
norma yang diberikan pada suatu kelompok atau komunitas manusia dan ketika itu
disepakati atau disahkan bersama-sama sebagai landasan dalam kehidupan (Rusdin,
2002).
4.
Hukum
Hukum adalah perangkat aturan-aturan
yang dibuat oleh pemerintah dalam rangka untuk menjamin kelangsungan hidup
berbangsa dan bernegara. Hukum menentukan ekspektasi-ekspektasi etika yang
diharapkan dalam komunitas dan mencoba mengatur serta mendorong para
perbaikan-perbaikan masalah-masalah yang dipandang buruk atau tidak baik dalam
komunitas. Sebenarnya bila kita berharap bahwa dengan hukum dapat
mengantisipasi semua tindakan pelanggaran sudah pasti ini menjadi suatu yang
mustahil. Karena biasanya hukum dibuat setelah pelanggaran yang terjadi dalam
komunitas.
Contoh Kasus Agama, Filosofi, Budaya dan Hukum
" Kasus Intoleransi "
SUMBER : Tirto.id
Contoh Kasus Agama, Filosofi, Budaya dan Hukum
" Kasus Intoleransi "
SUMBER : Tirto.id
- Leadership
Pemimpin adalah suatu lakon/peran dalam sistem tertentu;
karenanya seseorang dalam peran formal belum tentu memiliki ketrampilan
kepemimpinan dan belum tentu mampu memimpin. Istilah Kepemimpinan pada dasarnya
berhubungan dengan ketrampilan, kecakapan, dan tingkat pengaruh yang dimiliki
seseorang; oleh sebab itu kepemimpinan bisa dimiliki oleh orang yang bukan
"pemimpin".
Arti pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan
dan kelebihan, khususnya kecakapan/ kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu
mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. Pemimpin adalah seorang
pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan - khususnya kecakapan-kelebihan
di satu bidang , sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk pencapaian satu beberapa tujuan.
(Kartini Kartono, 1994 : 181).
Contoh Kasus Leadership
" Masa Depan Lazada di Tangan Perempuan Indonesia "
SUMBER : Tribunnews
Contoh Kasus Leadership
" Masa Depan Lazada di Tangan Perempuan Indonesia "
SUMBER : Tribunnews
- Strategi dan Performasi
Pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan
pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun
waktu tertentu.Fungsi yang penting dari sebuah manajemen adalah untuk kreatif
dalam menghadapi tingginya tingkat persaingan yang membuat perusahaannya
mencapai tujuan perusahaan terutama dari sisi keuangan tanpa harus menodai
aktivitas bisnisnya berbagai kompromi etika. Sebuah perusahaan yang jelek akan
memiliki kesulitan besar untuk menyelaraskan target yang ingin dicapai
perusahaannya dengan standar-standar etika. Karena keseluruhan strategi
perusahaan yang disebut excellence harus bisa melaksanakan seluruh
kebijakan-kebijakan perusahaan guna mencapai tujuan perusahaan dengan cara yang
jujur.
Contoh Kasus Strategi dan Performasi
" Strategi Menperin tingkatkan kinerja industri nasional "
SUMBER :Antara News
Contoh Kasus Strategi dan Performasi
" Strategi Menperin tingkatkan kinerja industri nasional "
SUMBER :Antara News
- Karakter Individu
Merupakan suatu proses psikologi yang
mempengaruhi individu dalam memperoleh, mengkonsumsi serta menerima barang dan
jasa serta pengalaman. Karakteristik individu merupakan faktor internal
(interpersonal) yang menggerakan dan mempengaruhi perilaku individu”.
Perjalanan hidup suatu perusahaan tidak lain adalah karena peran banyak
individu dalam menjalankan fungsi-fungsinya dalam perusahaan tersebut. Perilaku
para individu ini tentu akan sangat mempengaruhi pada tindakan-tindakan mereka
ditempat kerja atau dalam menjalankan aktivitas bisnisnya. Semua kualitas
individu nantinya akan dipengaruhi oleh beberapa factor-faktor yang diperoleh
dari luar dan kemudian menjadi prinsip yang dijalani dalam kehidupannya dalam
bentuk perilaku. Faktor –faktor tersebut
yang pertama adalah pengaruh budaya, pengaruh budaya ini adalah pengaruh
nilai-nilai yang dianut dalam keluarganya.
Contoh Kasus Karakter Individu
" Pendidikan Karakter untuk Membangun Peradaban Bangsa "
SUMBER : Tangsel Pos
Contoh Kasus Karakter Individu
" Pendidikan Karakter untuk Membangun Peradaban Bangsa "
SUMBER : Tangsel Pos
- Budaya Organisasi
Menurut Mangkunegara, (2005:113),
budaya organisasi adalah seperangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai-nilai
dan norma yang dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah
laku bagi anggota-anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan
integrasi internal.
Budaya organisasi juga berkaitan
dengan bagaimana karyawanmemahami karakteristik budaya suatu organisasi, dan
tidak terkait dengan apakah karyawan menyukai karakteristik itu atau tidak.
Budaya organisasi adalah suatu sikap deskriptif, bukan seperti kepuasan
kerjayang lebih bersifat evaluatif.
C.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Etika
Manajerial
1.
Manajer secara pribadi, pengaruh keluarga, nilai-nilai
dan agama serta kebutuhan dan standar pribadi akan menentukan tindakan etis
dari manajer pada situasi-situasi tertentu.
2.
Organisasi, mempengaruhi etika manajerial berdasarkan
kebijaksanaan, aturan, perilaku atasan dan perilaku rekan sekerja yang dapat
mendukung dan mendorong tumbuhnya budaya organisasi sehingga mempengaruhi
perilaku etis manajer dan karyawan.
3.
Lingkungan luar, seperti peraturan pemerintah, norma
dan nilai masyarakat serta keadaan industri atau pesaing mempengaruhi perilaku
mereka dalam organisasi.
DAFTAR PUSTAKA :
DAFTAR PUSTAKA :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar